Video Murottal Al-Qur'an H. Muammar ZA (30 Juz per Juz)

Catatan Ikrom October 24, 2013 0

Alhamdulillah setelah posting artikel tentang Audio Murottal Al-Qur'an 30 Juz oleh Qori' H Muammar ZA (per Surat), kini saya akan posting kembali artikel serupa yakni Video Murottal Al-Qur'an 30 Juz (per Juz). Video ini saya embed dari posting Video Youtube, lengkap 30 Juz dilengkapi juga dengan daftar putar/playlist-nya. Semoga bermanfaat bagi semua, silahkan disimak.

Video Murottal Al-Qur'an H. Muammar ZA (30 Juz per Juz).

Powered by Youtube, diupload oleh: Usep Bisa dan terdata di Web Kemenag Yogyakarta.

Anda juga bisa men-download video-video tersebut melalui link server penyimpanan data berikut:
Alternatif Pertama | Alternatif Kedua

MP3 Murottal Al-Qur'an H. Muammar ZA (30 Juz per Surat)

Catatan Ikrom October 24, 2013 100

Bismillah, semoga memudahkan Anda dalam mencari file Audio MP3 Murottal Al-Qur'an. Kali ini saya posting tentang Download Audio MP3 Murottal Al-Qur'an. Posting ini menyajikan Murottal Al-Qur'an 30 Juz dengan file per-surat dari Qori' Internasional dari Indonesia yaitu H. Muammar Zainal Asyikin (H. Muammar ZA).

H. Muammar Zainal Asyikin (lahir di Pemalang1955) adalah seorang hafiz (penghafal Al-Qur'an) dan qari (pelantun Al-Qur'an) asal Indonesia yang dikenal luas secara internasional. Ia pernah menjuarai MTQ tingkat nasional maupun tingkat internasional pada dasawarsa 1980-an. Rekaman pembacaan (tilawah) Qur'an secara duet yang dilakukannya bersama dengan H. Chumaidi hingga sekarang amat populer dan dianggap sebagai terobosan dalam cara presentasi tilawah. (id.wikipedia.org)


Tentang Qori' H. Muammar ZA:
H. Muammar Z.A.
Al-Quran Membawanya Keliling Dunia

Suaranya yang merdu dalam melantunkan Al-Quran, mengantarkannya ke berbagai pelosok bumi. Mulai dari lereng gunung, lembah, ngarai, sampai ke beberapa kota besar dunia, bahkan ke dalam Ka’bah. Lantunan suaranya mengalun, mulai dari bawah tenda-tenda sederhana, lapangan terbuka, sampai istana raja.

Malam baru saja beranjak, ketika sesosok pria yang masih terlihat muda menaiki panggung dan duduk di kursi yang disediakan. Usai salam dengan suara rendah cenderung serak, pria berperawakan ramping itu mulai membaca ta’awudz dan basmalah. Dengan mata setengah terpejam, perlahan, ia mulai mengalunkan ayat-ayat suci Al-Quran dengan irama bayati, lagu pembuka qiraah yang bernada rendah.

Perlahan tapi pasti suara itu meningkat, terkadang melengking tinggi, melantun panjang. Di depannya, ratusan orang bagaikan tersihir, terkesima mendengarkan lantunan suaranya yang naik-turun mengirama, bagaikan gelombang ombak yang susul-menyusul menghampiri pantai. Tak jarang, setiap kali alunan suaranya berhenti untuk mengambil napas, puluhan kepala, seperti tersadar dari hipnotis, segera menggeleng takjub.

Ia memang “legenda”. Meski Musabaqah Tilawatil Quran secara rutin digelar di berbagi tingkatan, belum ada satu pun yang menyamainya. Hampir semua umat Islam Indonesia, terutama di pedesaan, jika ditanya siapakah qari yang paling dikenal di Indonesia, jawabnya pasti Ustaz H. Muammar Z.A.

Suaranya yang merdu serta keindahan iramanya dalam melantunkan Al-Quran begitu termasyhur. Kelebihan ini pula yang mengantarkannya ke berbagai pelosok bumi. Mulai dari desa-desa di lereng gunung, tepi lembah dan ngarai, sampai ke beberapa kota besar dunia, bahkan mengantarkannya masuk ke dalam Ka’bah. Lantunan suaranya yang khas mengalun, mulai dari bawah tenda-tenda sederhana, lapangan terbuka, sampai istana raja. Ia penah mengaji di istana Raja Hasanah Bolkiah, istana Yang Dipertuan Agong Malaysia, sampai istana raja-raja di Jazirah Arab.

Awal Juli, Alkisah mengunjungi pria kelahiran Pemalang ini di kediamannya di depan Masjid Al-Ittihad, di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ayah satu putri dan empat putra ini bertutur renyah, diselingi tawa segar.

Naik Tandu
“Saya ini anak kampung yang beruntung bisa keliling dunia, bisa mengaji saat jemaah haji wukuf di Padang Arafah dan saat bermalam di Mina. Bahkan, pada tahun 1981, saya diberi kesempatan masuk ke dalam Ka’bah,” tuturnya haru. “Wah, nggak kebayang sebelumnya. Di dalam Ka’bah saya cuma bisa tertunduk, menangis. Saya nggak berani mengangkat wajah dan memandang langit-langit.”

Lebih dari 25 tahun, Muammar melanglang buana, melakukan perjalanan yang menurutnya sangat mengasyikan. Dalam menghadiri undangan mengaji, ia pernah mencoba berbagai kendaraan, dari mulai naik pesawat pribadi, pesawat komersial, limousine, ojek, sampai tandu. Medan pegunungan Jawa Barat, tuturnya, yang paling sering membuatnya ditandu. Sementara pedalaman Kalimantan dirambahnya dengan glotok, ojek perahu mini yang mampu menjangkau sungai-sungai kecil di pedesaan.

Suatu ketika, ceritanya, ia diundang mengaji di beberapa tempat di daerah Garut. Qari yang puluhan kasetnya masih terus dicari orang ini menempuh perjalanan Bandung-Garut-Cikajang-Singajaya dengan kendaraan roda empat. Namun perjalanan berikutnya yang naik-turun gunung harus dilaluinya dengan ojek, dan terakhir jalan kaki menyusuri jalan setapak.

Kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Muammar tidak mampu lagi berjalan. Panitia yang mengawalnya pun berinisiatif untuk menyewa tenaga orang kampung untuk menandunya sampai di lokasi pengajian. Setelah berjalan kaki selama empat jam, ia pun tiba. Dan yang membuat semangatnya bangkit kembali, ternyata, ratusan hadirin masih dengan setia menunggu kehadirannya.

“Sampai di tempat pengajian jam dua belas malam, saya langsung mengaji,” kenang pangasuh Pesantren Ummul Qura, Cipondoh, ini. “Selesai mengaji, jam setengah dua, kami turun. Sampai di kota Garut jam setengah delapan pagi.”

Tidak sekali-dua kali perjalanan seperti itu dilakoninya. Belum lama ini, untuk kesekian kalinya, Muammar menghadiri undangan ke Cianjur bagian selatan, daerah Cikendir, yang juga harus dilalui dengan jalan kaki berjam-jam di jalan setapak berlumpur. Pulangnya, ia kelelahan. Dan akhirnya, lagi-lagi, ditandu. Ia memang tidak pernah memilih-milih tempat atau pengundang. Baginya, selama ada waktu, dan kondisi fisiknya memungkinkan, pasti dengan senang hati ia akan hadir. Dari koceknya ia membayar sekitar 500 ribu kepada para pemandunya.

“Niat saya itu kan berkhidmah,” tutur Muammar dengan rendah hati. “Istana, saya datangi. Pelosok kampung pun, saya kunjungi.”

Ia meyakini, ia bisa terus mengaji. Dan kariernya terus langgeng seperti sekarang ini, antara lain, berkat doa orang-orang yang tinggal di pelosok desa dan pegunungan yang pernah dihadirinya mereka itu. “Mereka itu betul-betul ikhlas, baik, dan jujur,” katanya tulus.

“Bayangkan, untuk menghadiri pengajian saya, mereka sampai harus berjalan puluhan kilometer. Bahkan ada yang membawa bekal dan kompor, serta masak di perjalanan.”

Dalam perjalanan berkhidmah ini pula, Muammar pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah Cirebon menjelang tahun 1990-an. Mobilnya hancur dan ia pun terluka parah. Cukup lama ia harus menginap di rumah sakit. Saat itulah Muammar merasakan kedekatan dengan para ulama yang bergiliran menjenguknya. Tak jera, setelah pulih ia pun kembali menjelajahi pelosok tanah air, untuk melantunkan firman-firman Tuhannya.

Sejak Belia
Meski masih terlihat cukup muda, Ustaz Muammar tahun ini menginjak usia 51 tahun. Ia dilahirkan di Dusun Pamulihan, Warungpring, Kecamatan Moga, sekitar 40 kilometer selatan ibu kota Kabupaten Pemalang, dari pasangan H. Zainal Asyikin dan Hj. Mu’minatul Afifah, ulama dan tokoh masyarakat di desanya. Muammar adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Namun hanya sembilan yang masih hidup. Belakangan, adiknya, Imron Rosyadi Z.A., juga mengikuti jejaknya menjadi qari nasional setelah menjuara MTQ. Adiknya yang bungsu, Istianah, kini menjadi salah satu anggota DPRD Tingkat I Yogyakarta.

Muammar mengenal qiraah sejak belia. Ia memang berasal dari keluarga qari. Ayah dan kakak-kakaknya dikenal bersuara merdu. Sang ayah adalah pemangku masjid di dusunnya, yang setiap akhir malam melantunkan tarhiman, selawat dan puji-pujian untuk membangunkan orang-orang guna mendirikan salat Subuh.

Waktu kecil, ia, bersama teman-temannya, belajar seni baca Al-Quran dari teman lain yang lebih besar, yang kebetulan menguasai beberapa lagu. Di samping itu Muammar mulai keranjingan terhadap qiraah, belajar secara serius pada kakaknya, Masykuri Z.A. Namun karena kakaknya tinggal di sebuah pesantren yang cukup jauh dari desanya, pelajarannya baru akan bertambah jika Masykuri pulang ke rumah ketika liburan. Namun demikian bakat Muammar mulai kelihatan. Tahun 1962, ia menjuarai MTQ tingkat Kabupaten Pemalang untuk tingkat anak-anak, mewakili SD-nya.

“Waktu itu saya masih memakai celana pendek saat mengaji, he he he,” kenang Muammar. Sekitar awal tahun ‘60-an, suara dan lagunya memang sudah mulai bagus, meski hafalan suratnya masih terbatas. Ia sudah mulai diundang untuk mengaji di acara-acara pengajian atau pengantinan di kampungnya. Dan lucunya, ayat yang dibaca itu-itu saja. Ketika kakaknya pulang dari pesantren, barulah hafalan ayat dan lagunya bertambah.

Selepas SD, Muammar sempat nyantri di Kaliwungu, Kendal, sebelum melanjutkan ke PGA di Yogyakarta. Selesai PGA, ia sempat juga belajar di IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Di Kota Gudeg, ia melanjutkan kiprahnya di bidang seni baca Al-Quran. Muammar mengikuti MTQ tingkat Provinsi DIY yang diadakan oleh Radio Suara Jokja tahun 1967. Ia berhasil menyabet juara pertama untuk tingkat remaja. Tahun-tahun berikutnya, Muammar ikut lagi dan kembali juara. Tahun itu juga, ia mewakili DIY ikut MTQ tingkat nasional di Senayan tingkat remaja, namun ia belum meraih juara.

Sejak itu, Muammar menjadi langganan tetap kontingen DIY di MTQ Nasional, tahun 1972, 1973, dan seterusnya. Tahun 1979, ia bahkan terpilih menjadi anggota kontingen Indonesia di sebuah haflah, semacam MTQ internasional, yang diselenggarakan di Mekah. Gelar juara nasional pertama kali diraihnya di MTQ Banda Aceh tahun 1981. Kali ini ia mewakili DKI Jakarta. Muammar yang saat itu tengah belajar di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), Ciputat, mendapatkan hadiah sebuah televisi. Pemerintah Provinsi DKI sendiri kemudian memberi tambahan bonus hadiah, ibadah haji.

Namun, tidak seperti kariernya di bidang tarik suara, dalam pendidikan Muammar mengakui kurang berhasil. Kuliahnya di PTIQ yang tinggal skripsi tidak selesai. Waktu itu, kata sang qari, ada perubahan peraturan yang agak mendadak. Jika semula syarat ujian skripsi itu hafal lima juz Al-Quran, tiba-tiba diubah menjadi 30 juz. “Wah, saya nggak siap,” ujar Muammar jujur. Meskipun demikian, uniknya, setelah menjadi juara nasional dan qari internasional, ia justru diminta mengajar di sana.

Tidak Berpantang
Ditanya mengenai rahasia suaranya, suami Syarifah Nadiya ini dengan serius mengatakan tidak mempunyai resep rahasia apa pun. “Dalam hal-hal seperti itu, saya cenderung rasionalis,” ungkap Muammar. “Saya nggak begitu percaya pada hal-hal begituan, seperti nggak boleh makan ini-itu, harus cukup tidur, atau harus tidur jam segini. Bahkan saya jarang tidur lho, apalagi sebelas hari ini saya selalu pulang pagi.”

Ia pun mengakui, meski dulu pernah sekali ikut-ikutan mencoba, tidak berani ikut gurah. “Saya nggak berani ikut,” katanya. “Apalagi yang enggak jelas. Karena, salah-salah malah merusak pita suara. Kalau cuma melegakan, mungkin ya. Tapi kalau dipaksakan begitu lalu saraf tenggorokannya putus, kan malah jadi penyakit, he he he.” Sebenarnya, kata Muammar, kalau memahami tata cara wudu yang benar dan menerapkannya, itu juga sudah menjadi gurah. Misalnya ketika istinsyaq, memasukkan air ke hidung lalu mengeluarkan lagi dengan keras.

Disinggung bagaimana kiatnya menjaga suara, qari yang pernah diundang mengaji di istana Yang Dipertuan Agong Malaysia dan Sultan Hasanah Bolkiah, Brunei, ini mengaku hanya memasrahkan diri kepada Allah. “Niat saya mau ngaji lillaahi ta’ala, ‘Ya Allah, tolong saya’.” Namun yang pasti, setiap bangun tidur ia selalu melakukan warming up, pemanasan, dengan rengeng-rengeng, menggumamkan nada-nada tilawah. Demikian juga ketika akan mengaji. Menurutnya ini penting, untuk menghindari kaget.

Berbeda dengan para penyanyi yang banyak mempunyai pantangan, terutama makanan dan minuman, Muammar menyantap hampir semua makanan dan minuman yang disukainya. Bahkan, makanan kesukaannya adalah sambel, lalap, dan ikan asin, yang harus selalu ada di meja makannya.

“Saya hanya memastikan, ketika saya mau ngaji, kondisi badan saya fit,” ungkapnya, berbagi resep. “Baru kemudian, kunci terpentingnya adalah mengaji dengan ikhlas dan perasaan senang.”

Bagi Muammar, mengaji dengan ikhlas dan senang hati itu menjadi hiburan dan kenikmatan tersendiri. Maka, tak mengherankan, setiap kali melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, ia tampak begitu menikmati. Terkadang matanya setengah terpejam, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “Pokoknya saya dengerin sendiri, karena memang pada dasarnya saya suka.” Itu, menurutnya, membuatnya mampu mengaji minimal setengah jam, jika di dalam kota. “Karena mereka kan sering ketemu saya. Tapi kalau di luar kota, terlebih di luar Jawa, saya bisa satu jam, bahkan lebih.”

Dalam satu hari biasanya ia mengaji di tiga sampai empat tempat. Di beberapa tempat, terkadang ia juga berceramah, biasanya jika mubalignya tidak datang. Mengaji itu pula yang mempertemukannya dengan sang istri tercinta, ketika sang pujaan hati yang dinikahinya pada tahun 1984 itu duduk dalam kepanitiaan sebuah pengajian di Kemanggisan. Buah pernikahan dengan wanita berdarah Aceh itu kini sebagian telah beranjak remaja. Lia Fardizza, putri sulung qari yang pernah berguru kepada Syekh Abdul Kholil Al-Mishri, qari besar Negeri Piramid, kini menginjak semester ketiga di London School, jurusan bahsa Inggris. Sejak TK, Lia memang gandrung dengan bahasa internasional tersebut, terlihat dari hobinya membaca komik-komik berbahasa Inggris. Belakangan ia juga gemar mendendangkan lagu-lagu Barat. Tidak mengherankan, dialek lisannya, menurut Muammar, cenderung ke Amerika.

Putra-putranya, Ahmad Syauqi Al-Banna, kini duduk di kelas 3 SMU, Husnul Adib Al-Hasyim kelas 2 SMP, Raihan Al-Bazzi, kelas 4 SD, dan si bungsu Ammar Yua’yyan Al-Dani, kelas 3 SD. Di antara lima anaknya, tiga di antaranya mewarisi keindahan suara sang ayahanda, Lia, Raihan, dan Ammar. Namun karena keterbatasan waktu serta kesibukan Muammar, diakuinya, potensi putra-putrinya itu belum tergarap.

Menurutnya, qari yang baik itu harus memiliki suara yang bagus, napas panjang, penguasaan lagu, dan dialek yang bagus. Dan, membentuk dialek itu tidak gampang. Orang Jawa, misalnya, akan cukup sulit mengucapkan huruf ba’ dengan benar. Ia sendiri mengaku cukup lama mempelajari dialek Al-Quran dengan memperhatikan dialek qari-qari dari Mesir, Arab, dan daerah Timur Tengah lainnya.

Qari lokal yang bagus, menurut Muammar, biasanya yang berasal dari pesantren Al-Quran yang kebetulan pengasuhnya juga seorang qari mumpuni. Ini karena sang kiai biasanya mempunyai kelengkapan ilmu qiraah dan kepekaan, maka pembelajaran qiraahnya juga dilengkapi dengan ilmu tajwid, makharijul huruf (ilmu pelafalan huruf Al Quran), dzauq (cita rasa bahasa), dan sebagainya.

Dari Pedesaan
Karena itulah, sejak empat tahun Muammar memulai pembangunan sebuah pesantren di daerah Cipondoh, yang dinamakannya Ummul Qura. Karena seorang qari, ia bercita-cita menyebarkan tradisi qiraah ini melalui pesantrennya ini, sebagai sumbangan pada bangsa. “Kalau Allah mengizinkan,” kata Muammar, “saya ingin mencetak Muammar-Muammar baru.” Melalui lembaganya itu pula, ia mengharapkan, seni baca Al-Quran akan kembali dicintai dan dikagumi umat Islam.

Muammar bercita-cita membangun sebuah lembaga pendidikan yang komprehensif, mulai dari TK, SD, SMP, sampai SMA yang mempunyai nilai plus, Al-Quran. Ia mengharapkan bisa membekali santrinya dengan kelengkapan ilmu-ilmu Al-Quran, baik tajwid, qiraah, dasar-dasar tafsir, maupun tahfidz-nya (hafalan Al-Quran). Paling tidak, targetnya setamat SD atau SMP para santri akan mampu membaca Al-Quran dengan fasih, baik, dan benar.

“Terlebih dengan lingkungan yang Islami di pesantren, setidaknya mereka akan mempunyai pegangan hidup.” Pada tahap awal, sudah dibangun sebuah masjid, ruang baca, dan dua buah gedung asrama. Ke depan ia ingin membangun sekolah formal dulu, baru kemudian akan diasramakan. Namun, karena keterbatasan dana, sementara ini pembangunan Pesantren Ummul Qura tersebut tersendat.

Tanggal 22 Juli kemarin di Gorontalo diselenggarakan Seleksi Tilawatil Quran tingkat nasional. Namun, tidak seperti pada dasawarsa ‘80-an, event empat tahunan yang diselenggarakan untuk menjaring bibit-bibit baru qari dan qariah serta penghafal dan mubalig berbasis Al-Quran ini sepertinya tak lagi memiliki gaung. “Akhir-akhir ini semangat mendalami seni membaca Al-Quran di masyarakat kita ini memang cenderung mengalami penurunan,” tutur qari yang pernah diminta membaca Al-Quran saat wukuf di Padang Arafah. “Apalagi kecintaan terhadap Al-Quran.”

“Belakangan ini, perhatian orang, terutama generasi mudanya, lebih tercurah ke kontes-kontes musik yang memang lebih memikat,” ujar tokoh berusia 51 tahun ini gundah. “Sementara MTQ, dari dulu kemasannya tidak pernah berubah.” Ia merindukan, MTQ ke depan akan mempunyai gereget dan gaung yang besar, seperti pada masa-masanya dulu.

Lebih lanjut, Muammar juga mengharapkan optimalisasi peran lembaga resmi yang dibentuk untuk mengembangkan seni baca Al-Quran, Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran. Idealnya, lembaga tersebut tidak hanya sibuk menjelang pelaksanaan STQ atau MTQ, atau menjaring bahan jadi, tetapi secara intensif dan konsisten menggali dan membina bibit unggul sejak dari tingkat dusun. “Selama ini, bukankah juara-juara tilawah justru banyak muncul dari pedesaan, yang ekonominya pas-pasan....” (AIS-September 2005)
(ahmad-iftah-shiddiq.blogspot.com)
Download MP3 Murottal Al-Qur'an 30 Juz (per surat) - Qori' H. Muammar ZA:
001. Al Faatihah 330.6 KB
002. Al Baqarah 52.5 MB
003. Ali 'Imran 29.7 MB
004. An Nisaa' 31.2 MB
005. Al Maa'idah 24.5 MB
006. Al An'aam 27.1 MB
007. Al A'raaf 30.8 MB
008. Al Anfaal 12.6 MB
009. At Taubah 24.9 MB
010. Yunus 16.9 MB
011. Huud 16.3 MB
012. Yusuf 15.5 MB
013. Ar Ra'd 8.1 MB
014. Ibrahim 7.8 MB
015. Al Hijr 5.9 MB
016. An Nahl 15.6 MB
017. Al Israa' 13.7 MB
018. Al Kahfi 13.0 MB
019. Maryam 8.2 MB
020. Thaahaa 11.2 MB
021. Al Anbiyaa' 10.6 MB
022. Al Hajj.mp3 10.5 MB
023. Al Mu'minuun 10.0 MB
024. An Nuur 12.2 MB
025. Al Furqaan 8.4 MB
026. Asy Syu'araa' 12.5 MB
027. An Naml 9.8 MB
028. Al Qashash 13.7 MB
029. Al 'Ankabuut 9.9 MB
030. Ar Ruum 8.2 MB
031. Luqman 4.8 MB
032. As Sajdah 3.4 MB
033. Al Ahzab 12.1 MB
034. Saba' 7.5 MB
035. Faathir 6.4 MB
036. Yaasiin 7.1 MB
037. Ash Shaaffaat 8.6 MB
038. Shaad 6.3 MB
039. Az Zumar 9.5 MB
040. Al Mu'min 11.0 MB
041. Fushshilat 7.4 MB
042. Asy Syuura 7.3 MB
043. Az Zukhruf 7.8 MB
044. Ad Dukhaan 3.2 MB
045. Al Jaatsiyah 4.2 MB
046. Al Ahqaaf 5.8 MB
047. Muhammad 5.0 MB
048. Al Fath 4.8 MB
049. Al Hujuraat 3.3 MB
050. Qaaf 3.3 MB
051. Adz Dzaariyaat 3.5 MB
052. Ath Thuur 2.9 MB
053. An Najm 3.0 MB
054. Al Qamar 3.1 MB
055. Ar Rahmaan 4.0 MB
056. Al Waaqi'ah 4.9 MB
057. Al Hadiid 5.1 MB
058. Al Mujaadilah 4.4 MB
059. Al Hasyr 4.1 MB
060. Al Mumtahanah 3.3 MB
061. Ash Shaff 2.0 MB
062. Al Jumu'ah 1.5 MB
063. Al Munaafiquun 1.6 MB
064. At Taghaabun 2.1 MB
065. Ath Thalaaq 2.4 MB
066. At Tahrim 2.5 MB
067. Al Mulk 2.9 MB
068. Al Qalam 2.7 MB
069. Al Haaqqah 2.3 MB
070. Al Ma'aarij 1.9 MB
071. Nuh 1.9 MB
072. Al Jin 2.5 MB
073. Al Muzzammil 1.9 MB
074. Al Muddatstsir 2.2 MB
075. Al Qiyaamah 1.4 MB
076. Al Insaan 2.4 MB
077. Al Mursalaat 1.8 MB
078. An Naba' 1.6 MB
079. An Naazi'aat 1.6 MB
080. 'Abasa 1.4 MB
081. At Takwiir 900.0 KB
082. Al Infithaar 708.0 KB
083. Muthaffifiin 1.6 MB
084. Al Insyiqaaq 978.0 KB
085. Al Buruuj 1,010.0 KB
086. At Thaariq 590.0 KB
087. Al A'laa 622.0 KB
088. Al Ghaasyiyah 886.0 KB
089. Al Fajr 1.3 MB
090. Al Balad 664.0 KB
091. Asy Syams 548.0 KB
092. Al Lail 698.0 KB
093. Adh Dhuhaa 356.0 KB
094. Al Insyirah 228.0 KB
095. At Tiin 340.0 KB
096. Al 'Alaq 590.0 KB
097. Al Qadr 264.0 KB
098. Al Bayyinah 764.0 KB
099. Al Zalzalah 368.0 KB
100. Al 'Aadiyaat 390.0 KB
101. Al Qaari'ah 342.0 KB
102. At Takaatsur 292.0 KB
103. Al 'Ashr 156.0 KB
104. Al Humazah 282.0 KB
105. Al Fiil 258.0 KB
106. Quraisy 206.0 KB
107. Al Maa'uun 260.0 KB
108. Al Kautsar 122.0 KB
109. Al Kaafirun 250.0 KB
110. An Nashr 220.0 KB
111. Al Lahab 230.0 KB
112. Al Ikhlas 114.0 KB
113. Al Falaq 178.0 KB
114. An Naas 224.0 KB

Google Chrome, browser yang Cepat dan Gratis

Catatan Ikrom October 22, 2013 0
Ahlan wa Sahlan, alhamdulillah sekarang kita lanjut tentang topik ringan seputar browsing internet. Ya, tentu semua orang tahu browsing dalam dunia internet berarti menjelajahi konten website yang ada di dunia maya/internet. Bagaimana caranya menjelajah atau berselancar di dunia maya? tentu menggunakan aplikasi/software internet browser. Kali ini saya sedikit share tentang Google Chrome.

Sederhana dan singkat saja, Google Chrome ini adalah salah satu aplikasi browsing internet selain internet explorer, selain diantaranya juga ada Mozilla Firefox, Opera, Netscape, Flock, dll. Google Chrome adalah aplikasi browsing yang gratis (free) produksi Perusahaan Google, meskipun software browsing lainnya juga ada yang free, namun Google Chrome memiliki beberapa kelebihan yang menurut saya patut/layak untuk digunakan, antara lain cepat dalam browsing, sudah terinstall plugins otomatis (hanya ada beberapa yang perlu diinstall itupun jika diperlukan), tersedia ekstensi-ekstensi yang bermanfaat atau berfungsi sebagai plugins tambahan. Untuk resource memory tampaknya masih kecil bila dibandingkan dengan browser lainnya. Saya sendiri mencoba, untuk load halaman website pada Google Chrome memang lebih cepat dibandingkan dengan browser lainnya. Secara garis besar sangat cepat dan lebih ringan bila dibanding browser lainnya. Mungkin pengalaman berbeda dirasakan oleh Anda, namun dalam beberapa tutorial berikutnya, ada hal-hal menarik yang akan saya tuliskan terkait Google dan Ekstensinya, jadi manfaatkan browser yang gratis dan cepat ini. Google Chrome juga menyediakan berbagai macam versi, yakni untuk Windows, Android, dan iOS.

Halaman Website Resmi Google bisa Anda simak di: https://www.google.com/intl/en/chrome/browser/ atau pada Search Engine Google atau lainnya, ketikkan kata kuncin "Chrome" atau "Google Chrome".

Cara mendapatkannya, cukup Anda klik link Download pada halaman resmi Google Chrome tadi. Anda dapat memilih versi bahasa yang sesuka Anda, dan setelah Anda download. Eksekusi file yang Anda download tadi untuk menginstall, karena instalasinya membutuhkan koneksi internet. Demikian, semoga bermanfaat. Selamat Menggunakan.

Me-nonaktifkan Fungsi Autorun Windows

Catatan Ikrom October 20, 2013 0
Me-nonaktifkan Fungsi Autorun Windows
Bismillah, alhamdulillah sekarang kita bahas topik sederhana tentang me-nonaktifkan fungsi autorun pada sistem operasi Windows. Sederhana memang, karena umumnya orang sudah tau apa itu fungsi autorun, yaitu fungsi yang menjalankan/mengeksekusi secara otomatis suatu program atau file ketika pertama kali suatu perangkat terhubung. Misalnya ketika ketika memasukkan VCD/Audio CD ataupun flashdisk, maka secara standar/default, windows akan memfungsikan menjalankan secara otomatis fungsi autorun terhadap perangkat tersebut (jika perangkat tersebut disertai file autorun.inf). Pada VCD maka secara otomatis akan terputar video/film, begitu pula pada CD Audio, bahkan CD/DVD instalasi master program Windows. Nah, untuk flashdisk biasanya sesorang biasa mengutak-atik file autorun.inf agar bisa menjalankan suatu file/program secara otomatis ketika flashdisk terhubung ke PC/Laptop.

Mengapa fungsi autorun sebaiknya dinonaktifkan? sederhana namun beresiko besar, karena virus-virus pada sistem operasi windows, biasanya secara mudah tersebar melalui media-media luar ketika dihubungkan pada PC/laptop kita. Ketika flashdisk terhubung pada PC maka fungsi autorun secara otomatis mengeksekusi file autorun pada flashdisk tersebut, yang berisi script yang berfungsi menjalankan file virus pertama kali ketika flashdisk terhubung ke PC/Laptop. Maka untuk mengantisipasi penyebaran virus, terutama jika PC/Laptop belum terinstall program antivirus, maka sejak awal sebelum menginstall program aplikasi lainnya, sebaiknya fungsi autorun windows ini di-nonaktifkan. Caranya? sederhana, berikut panduannya:


1)   Pada Windows 8 (hanya versi Profesional), pada kolom pencarian, ketikkan gpedit.msc pada kategori Apps.
2)   Setelah hasil penelusuran muncul, klik gpedit.msc.
3)   Pilih Submenu Tree sebelah kiri: Local Computer Policy > User Configuration > Administrative Templates > Windows Components > AutoPlay Policies, lalu di kolom bagian kanan pilih Turn Off Autoplay, klik 2x.
Tampilan gpedit.msc

4)   Lalu ubah setting Turn Off Autoplay menjadi Enabled, dan Turn Off Autoplay on: All drives, seperti gambar berikut, lalu klik Apply dan Ok.
Turn Off Autoplay

5)   Lakukan hal yang serupa untuk bagian Submenu Tree sebelah kiri: Local Computer Policy > Computer Configuration > Administrative Templates > Windows Components > AutoPlay Policies.
AutoPlay Policies

6)   Selesai, kemudian restart PC/Laptop Anda, maka fungsi Autorun/Autoplay telah di-nonaktifkan.



*) Alternatif Lain untuk menonaktifkan Autorun/Autoplay pada windows 8 yaitu dengan masuk ke menu Control Panel, lalu klik menu AutoPlay.
Control Panel

Kemudian hilangkan tanda centang pada Use AutoPlay for all media and devices, lalu klik Save, dan restart, Selesai.
Use AutoPlay for all media and devices


Langkah ini pun berlaku bagi Sistem Operasi Windows XP (Profesional), juga Windows 7 (Ultimate) dengan sedikit perbedaan letak menu, namun tak jauh beda terkait perintah me-nonaktifkannya.

Disarankan, setelah me-nonaktifkan fungsi Autorun/Autoplay pada windows, segera install Program Anti Virus pada PC/Laptop Anda guna mencegah ataupun mengecek ada atau tidaknya virus pada perangkat media Anda baik CD/DVD maupun Flashdisk. Demikian, semoga bermanfaat.

Awali dengan Bismillah

Catatan Ikrom October 20, 2013 1
Awali dengan Bismillah
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Allohumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'alihi wa shohbihi wa salim...

Syukur alhamdulillah atas segala nikmat, rahmat dari Allah SWT, kita hingga saat ini masih bisa merasakan sejuknya udara segar dalam tiap nafas kita, begitu pula tak lelahnya jantung ini untuk berdetak atas izin-Nya, beserta segenap karunia-Nya yang begitu banyak. Alhamdulillah Anda -Pembaca- saat ini masih dapat hadir menyimak tulisan sederhana ini, meskipun berada di belahan bumi lainnya, yang penulis pun tentu tak mengetahui siapa dan dimana Anda berada, semoga kesehatan, keselamatan, kemudahan, kesejahteraan, ampunan senantiasa terlimpahkan untuk Anda, kita semua. Semoga tak menyurutkan semangat Anda, kita semua, untuk berbuat, meraih, serta menabur kebaikan.

Pekerjaan yang tak kunjung usai itu sesungguhnya pekerjaan itu tak pernah dimulai untuk dikerjakan. Kalimat ini terkenang dalam benak pikiran saya, ketika saya beberapa waktu yang telah lalu, membaca seuntai kalimat ini di halaman facebook sahabat saya. Hati ini tergelitik, serasa diri ini tertuduh bahwa diri ini tidak pernah menyelesaikan tugas, pekerjaan, maupun amanah yang telah diemban. Diri ini memberontak, "Saya telah berusaha untuk menyelesaikan apapun yang diamanahkan pada saya.". Seuntai kalimat yang tertuju untuk khalayak umum namun diri ini menanggapi sebagai salah satu tuduhan pada diri saya pribadi. Sebuah penyikapan yang kurang bijak atas suatu tulisan. Namun setelah direnungkan, sesungguhnya kalimat ini begitu mendalam, mengingatkan juga memotivasi diri kita untuk semangat dalam mengemban amanah. Karena, bagaimanapun juga bila suatu pekerjaan apapun itu bila tak kunjung usai, paling buruk dugaan yang muncul adalah pekerjaan itu tidak/belum dikerjakan sama sekali. Berbeda bila sedang/masih dalam proses pengerjaan, maka masih akan tampak hasilnya.

Kalimat tersebut begitu memotivasi saya untuk mencoba mengerjakan sebuah tulisan dalam blog, tentang apapun itu yang menurut pikiran saya, dengan tulisan ini, Saya dapat memberi manfaat kepada semua pembacanya. Bagi saya adalah salah satu cara untuk melangkah, berbagi, berbuat, menggapai, serta menabur kebaikan. Karena kebaikan itu akan berbuah kebaikan pula, bahkan berlipat ganda. Tak terhitung tentunya rasa gembira, bahagia, syukur yang terungkapkan oleh semua orang jika sekiranya apa yang kita usahakan, berikan, ternyata memberikan solusi, jalan keluar, kemudahan, manfaat baginya. Kebahagiaan itu tiada banding rasanya, saya pun pernah merasakannya. Ketika saya mencoba mencari suatu jawaban permasalahan terkait tutorial ini itu di dalam pekerjaan saya, saya membuka google, mencari artikel dengan kata kunci tutorial tertentu, dan alhamdulillah menemukan jawabannya pada tulisan-tulisan blog yang muncul pada search engines google tersebut. Betapa beruntungnya mereka yang menulis tulisan tersebut, mereka dapat berinvestasi kebaikan melalui tulisannya di blog, memberikan ilmu, tulisan, catatan sederhana, yang dapat membantu orang lain. Jika diibaratkan MLM, maka otomatis dia akan mendapat bonus point karena telah dapat membantu orang lain dengan tulisannya. Lantas mengapa saya tidak berusaha untuk berbuat kebaikan sebagaimana mereka telah mendahuluinya untuk berbuat kebaikan? Ya, dengan menulis, di blog ini saya mencoba memberikan, menuliskan apa yang saya tau, saya bisa, pernah saya alami, untuk saya bagikan disini, semoga dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Maka dengan membaca Bismilllahirrohmaanirrohiim, berharap ridho Allah SWT, mengawali tulisan ini, dan untuk tulisan-tulisan berikutnya, apa yang kami usahakan sebagai salah satu cara untuk berbuat kebaikan, serta atas doa Anda semua, semoga bermanfaat bagi semua serta diridhoi oleh Allah SWT.

Semoga bermanfaat apa yang tertulis di sini, meskipun tak sebagus, tak sebaik, atau bahkan sudah diketahui oleh semua orang, sehingga pengetahuan ini akan tersampaikan, tersalurkan kepada semuanya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, dalam kebaikan tentunya.

Dan sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada pemimpin kita, Rasululloh Muhammad SAW beserta keluarga, keturunannya, serta para Sahabatnya, pewaris risalahnya hingga hari kiamat. Segala puji bagi Allah SWT segala puji dan sebaik-baiknya puji-pujian pada Allah pemilik segala pujian dan segala sesuatu yang ada di jagat raya ini, pemilik segala sesuatu, yang maha Pengasih, maha Penyayang, maha Lembut, menyukai segala yang baik. Wabillahitaufiq wal hidayah, wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.